Breaking News

Saham Bank BSI Kian Menurun Usai Muhammadiyah Tarik Dana Simpanannya

Ilustrasi Pelayanan Bank Syariah Indonesia (BSI) kepada Nasabah
Lapadnews.com, Jakarta - Bank Syariah Indonesia (BSI) adalah hasil dari merger PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah. Pada 27 Januari 2021, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi mengizinkan merger ini dengan surat Nomor SR-3/PB.1/2021. Selanjutnya, kehadiran BSI diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 1 Februari 2021.

Perdagangan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (Persero) Tbk, juga dikenal sebagai BSI, melemah pada pekan lalu setelah penarikan dana oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP). Hery Gunardi, Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk, juga blak-blakan tentang kondisi perusahaan. 
Dalam konferensi pers BSI International Expo 2024 di Jakarta, Jumat (14/6). (Foto diambil oleh Galih Pratama)
Meskipun demikian, Hery menjamin bahwa likuiditas bank yang dipimpinnya hingga saat ini ample atau cukup.

“Likuiditas kami ample dan solid,” kata Hery kepada media usai konferensi pers BSI International Expo 2024 di Jakarta, Jumat (14/6).

Dalam tanggapan atas pemindahan dana Muhammadiyah, Wisnu Sunandar, Sekretaris Umum BSI, sebelumnya menyatakan bahwa BSI tetap berkomitmen untuk menjadi lembaga perbankan yang melayani segala lini masyarakat, baik institusi maupun individu, dengan tujuan meningkatkan inklusi dan penetrasi keuangan syariah.

Usai Muhammadiyah Tak Lagi Jadi Nasabah, Saham BSI (BRIS) Kian Tertekan Dekati 2000-an

Harga saham BRIS turun 50 poin, atau 2,29%, ke level Rp2.130 per lembar pada perdagangan Senin, 10 Juni 2024.

foto pegawai frontliner Bank BSI melayani klien (sumber foto:tribunnews.com)
Dilansir dari suara.com Rencana Muhammadiyah untuk memindahkan dananya dari BSI ke bank syariah lain menimbulkan pendapat buruk dari investor, yang menyebabkan penurunan ini. Menurut data IDX Mobile, saham BRIS telah bergerak naik selama empat hari berturut-turut. Hal ini menyebabkan aksi jual saham BRIS yang signifikan, dengan total transaksi 10,34 juta lembar saham. 

"Secara bisnis dapat menimbulkan risiko konsentrasi," kata Anwar Abbas dalam pernyataan tertulis pada Rabu (5/6). Anwar Abbas menjelaskan mengapa mereka menarik penempatan dana organisasi di BRIS karena mereka dananya digunakan untuk membantu UMKM, tidak terkonsetrasi pada satu bank dan harus disebar ke bank syariah lainnya. dikutip dari katadata.co.id

Pemegang saham utama BSI terdiri dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan kepemilikan 50,83%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dengan kepemilikan 24,85%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dengan kepemilikan 17,25%, dan pemegang saham lainnya dengan kepemilikan di bawah 5%.

Menurut data dari Biro Riset Infobank, BSI berhasil mengumpulkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp293,25 triliun pada April 2024, peningkatan 9,41 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Meskipun demikian, berdasarkan data per Desember 2023, BSI berhasil menghimpun DPK sebesar Rp293,78 triliun, naik 12,35 persen dari Rp261,49 triliun pada 2022.

Realisasi Dana Pihak Ketiga (DPK) PT Bank Syariah Indonesia Tbk/BSI (2021–2023)
Realisasi Dana Pihak Ketiga (DPK) PT Bank Syariah Indonesia Tbk/BSI (2021–2023), sumber:databoks.katadata.co.id

Menurut data perdagangan saham hingga pukul 15.00 WIB, BRIS berada di zona merah sejak awal perdagangan dengan level Rp 2.240 per saham. Itu masih berada di bawah level terendahnya, yaitu Rp 2.150 per saham. Ada juga penurunan nilai kapitalisasi pasar BRIS menjadi Rp 101,02 triliun.

Peningkatan DPK BSI lebih besar dari rata-rata industri perbankan syariah nasional sebesar 10,43%.

Menurut Ade Cahyo Nugroho, Direktur Keuangan dan Strategi, BSI memiliki komposisi dana yang besar dan murah, yang memungkinkan bank bebas mengatur pembiayaan, dikutip dari CNBC Indonesia (*Red)

Baca Juga
© Copyright 2022 - Lapad News (Kupas Tuntas Investigasi Terkini)